Mubtada Mufrod Khobarnya Mutsanna

Terkadang didapati dalam Bahasa Arab, mubtada berupa isim mufrod sedangkan khobarnya mutsanna ataupun jamak, semisal : الاسْمُ ضَرْبَانِ “Isim terbagi dua” Dan juga firman Allah تعالى : الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ “Talak itu dua kali.” Kebanyakan hal ini terjadi apabila khobarnya berupa pembagian, semisal ضَرْبان، قِسْمان، نَوْعان، مَرَّتان dan selainnya.. Hal ini juga disebabkan tidak mungkinnya khobar […]

Bergandengnya Fa dengan Khobar

Apabila mubtada mengandung makna syarat, maka boleh masuk Fa pada khobarnya, demikian itu apabila mubtada-nya berupa isim maushul yang bergandeng dengan fiil atau syibhu jumlah, atau mubtada-nya berupa isim nakirah yang disifati dengan keduanya (fiil dan syibhu jumlah) Contoh fiil : الّذِيْ يَأتِيْنِيْ فَلَهُ دِرْهَمٌ Contoh syibhu jumlah : الذي في الدّارِ فله درهم الذي […]

Perbedaan Makna Jumlah Ismiyah dan Fi’liyah

Jumlah ismiyah menunjukkan atas الثُّبُوْت “tetap” adapun jumlah fi’liyah menunjukkan atas التَّجَدُّد “berubah-ubah” dan الحُدُوْث “adanya kejadian”, semisal : أنا مُتَزَوِّجٌ Secara makna “aku menikah’ yaitu tetap sampai sekarang.”, sedangkan contoh : تَزَوَّجْتُ Maknanya “aku sudah pernah menikah” namun bisa saja ia telah bercerai atau istrinya telah meninggal. Ungkapan menggunakan ismiyah padanya terdapat penegasan, namun […]

Tidak Bolehnya Masuk Wawu Hal

Wawu Hal tidak boleh masuk pada : 1. Jumlah fi’liyah yang diawali oleh fi’il mudhori’ mutsbat, yang tidak didahului oleh قَدْ, semisal firman Allah : ولا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ Jumlah تستكثر adalah fi’il mudhori mutsbat yang tidak didahului قد٫ maka tidak boleh masuk wawu hal padanya. 2. Hal muakkidah yang mentaukid apa yang sebelumnya, semisal firman […]

Irob Lafadz ضِدَّ

Irob lafadz ضِدَّ dalam keadaan manshub terdapat beberapa I’rob, semisal contoh : لَنْ نَتْرُكَ الجِهادَ ضِدَّ المُسْتَعْمِرِ “Kami tidak akan meninggalkan jihad melawan penjajah.” 1. Maf’ul li Ajlih, yang takdirnya : لِأَجْلِ مُضادَّةِ الاسْتِعْمار “Sebab melawan penjajah.” 2. Hal yang dita’wil ke isim fail, yaitu ta’wilnya : مُضَادِّيْنَ للمسْتَعْمِر “Dalam keadaan kami melwan penjajah.” 3. […]

Mengapa Jamak Taksir Dihukumi Muannats

Sebab terdapat mudhof yang dibuang, yang mana lafadznya muannats, yaitu jama’ah الجَماعَة atau maj’muah المَجْمُوْعَة, sehingga diberlakukan jamak taksir mufrod muannats, semisal : كُتُبِيْ كَثِيْرَة أقْلَامِيْ مَكْسُوْرَة Yaitu secara makna : مجموعةُ كتبي كثيرة مجموعةُ أقْلَامِي مكسورة Semisal : الرِّجال قادِمة Yaitu maknanya : جَماعةُ الرِّجالِ قادمة Ta’nitsnya jamak taksir dilihat dari makna الجماعة atau […]

Musawwigh Shohibul Hal Nakirah

Secara asal shohibul hal harus ma’rifah, boleh nakirah dengan adanya musawwigh (pembolehan), diantaranya : 1. Ketika hal mendahului shohibul hal, semisal : جاء ضاحِكًا طِفْلٌ 2. Disifati, semisal : جاء طالبٌ مجتَهِدٌ سائِلًا 3. Di-idhofahkan, semisal : جاء طالبُ عِلْمٍ سائِلًا 4. Terletak setelah nafi, semisal : ما جاءَنِيْ أحَدٌ سائِلًا Semisal firman Allah تعالى […]

Hal dalam bentuk Marifah

Mahdzab Ulama Nahwu tidak membolehkan hal kecuali dalam bentuk nakirah, adapun apabila datang dalam bentuk ma’rifah, maka ditakwil ke nakirah, semisal ucapan Ibnu Malik : اجْتَهِدْ وَحْدَكَ Lafadz وَحْدَك adalah hal yang secara lafadz marifah, namun secara makna nakirah, yaitu : اجْتَهِدْ مُنْفَرِدًا Diantara contoh adalah ucapan mereka : جاءُوْا الجَمَّاءَ الغَفِيْرَ Yaitu takdirnya : […]

Iltiqa’ Sakinain Bertemu Dua Sukun

Cara menghindari bertemunya 2 huruf sukun الْتِقَاءُ السَّاكِنَيْن adalah dengan menghapus atau memberi harakat pada huruf sukun yang pertama. Apabila hurufnya shahih kebanyakan diharakati dengan kasrah, kecuali dalam beberapa keadaan diharakati dengan dhommah atau fathah. 1. Penghapusan الحَذْف Dihapus huruf sukun yang pertama apabila huruf mad, ini terjadi apabila terletak hamzah wasl setelahnya, semisal وَاسْتَبَقَا […]

Bolehnya Fiil Mudzakkar atau Muannats

Boleh Fi’il mudzakkar ataupun muannats pada 9 tempat : 1. Failnya muannats majazi, semisal : طَلَعَتِ الشَّمْسُ وطلعَ الشَّمْسُ Ta’nits lebih fasih. 2. Failnya muannats haqiqi, namun dipisah antara keduanya dengan pemisah selain إلّا, semisal : حَضَرَتِ المَجْلِسَ امْرَأَةٌ حضَرَ المجلسَ امرأةٌ Diantara contoh ucapan Penyair : إن امرءًا غَرَّهُ مِنْكُنَّ واحدةٌ ** بعدي وبَعْدكِ […]